Sunday, June 30, 2013

Beranda » » Atasi Keraguan Ketika Ingin Menunda atau Langsung Punya Anak Pasca Menikah

Atasi Keraguan Ketika Ingin Menunda atau Langsung Punya Anak Pasca Menikah

Minggu, 30/06/2013 15:02 WIB

Atasi Keraguan Ketika Ingin Menunda atau Langsung Punya Anak Pasca Menikah

Eny Kartikawati - wolipop


Dok. Thinkstock
Jakarta - Sudah siapkah untuk punya anak? Begitulah pertanyaan yang kerap ditanyakan pada diri sendiri ataupun pasangan saat sudah menjadi pengantin baru. Tentunya ada berbagai alasan jika Anda dan suami kemudian memilih menunda memiliki momongan, bisa karena masalah keuangan hingga belum siap secara mental.

Bagi Anda yang masih ragu apakah ingin langsung punya anak atau lebih baik menunda dulu kehadiran si kecil, empat hal berikut ini bisa jadi pertimbangan dengan suami, seperti dikutip dari Enzine:

1. Santai Saja
Memutuskan untuk memiliki anak atau menundanya membutuhkan diskusi yang serius dengan pasangan. Biasanya dalam diskusi tersebut, ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul seperti: Apakah pernikahan itu sudah cukup lama untuk memiliki anak? Sudah siapkah secara mental, fisik dan finansial?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, beberapa pasangan membutuhkan waktu. Sampai kapankah waktu yang ideal untuk mendiskusikannya? Dua bulan dianggap waktu yang pas untuk mendapatkan keputusan itu. Dalam waktu dua bulan, selain saling memahami keinginan masing-masing, juga sudah banyak informasi yang didapat baik melalui mengobrol dengan teman atau membaca buku.

Dalam dua bulan tersebut, pasangan suami-istri juga bisa menghitung pendapatan mereka jika nantinya memiliki anak. Di kurun waktu tersebut pasangan suami-istri sudah dapat merencanakan keuangan mereka setelah dikaruniai bayi.

2. Apakah Anda dan pasangan memiliki hubungan yang sehat?
Ada beberapa orang yang percaya, memiliki anak bisa memperkuat ikatan pernikahan. Namun ternyata hal itu tidak sepenuhnya benar. Kehadiran anak memang bisa memperkuat ikatan antara pasangan suami-istri. Tapi ada juga yang justru membuat pasangan suami-istri itu semakin renggang.

Perlu dipahami, anak-anak sebaiknya berkembang dalam lingkungan yang nyaman. Jika pasangan suami-istri itu dari awalnya sudah tidak kuat hubungannya, kehadiran anak bisa memperkeruh suasana tersebut. Hal ini tentu tidak baik untuk anak-anak.

3. Pergantian gaya hidup
Setelah memiliki anak, biasanya suami meminta istri berhenti bekerja. Hal itu dilakukan agar si istri dapat mengasuh dan merawat anak sepenuhnya. Jika pilihan ini diambil, artinya akan ada perubahan pendapatan pada rumah tangga tersebut. Padahal setelah mempunyai anak, pasangan suami-istri harus menabung untuk buah hati mereka.

Dengan pilihan tersebut, harus ada perubahan gaya hidup. Jika biasanya para wanita bisa belanja pakaian dengan sesuka hati, kali ini tentu tidak bisa lagi. Budget untuk hang out tentu juga harus dikurangi.

Anda dan pasangan harus menentukan bersama-sama, siapkah dengan pergantian gaya hidup ini. Kalau ternyata tidak, pilihan untuk menunda momongan bisa dilakukan.

4. Siap Menjadi Orangtua
Sudahkah Anda siap meluangkan waktu untuk menjadi orangtua? Pertanyaan ini perlu dijawab ketika Anda mempertimbangkan untuk memiliki atau menunda kehadiran anak. Kehadiran anak akan menyita seluruh waktu dan perhatian Anda. Saat anak lahir, mereka benar-benar bersih. Tergantung dari orangtuanya akan membentuk mereka menjadi seperti apa. Tentu perlu waktu luang yang cukup banyak untuk merawat dan mengasuh anak Anda. Jadi, lihatlah jadwal Anda, dan jawab dengan jujur, adakah waktu tersebut?

Selain empat hal di atas, ada hal-hal lainnya yang juga jadi pertimbangan. Misalnya saja usia dan kesehatan Anda serta pasangan.

(eny/eny)


Redaksi: redaksi[at]wolipop.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi :
  • email : sales[at]detik.com


Silakan  atau daftar untuk mengirim komentar
Tampilkan Komentar di:        


Sumber: wolipop.detik http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/656124/s/2dfd1419/l/0Lwolipop0Bdetik0N0Cread0C20A130C0A60C30A0C150A2120C22882660C8540Catasi0Ekeraguan0Eketika0Eingin0Emenunda0Eatau0Elangsung0Epunya0Eanak0Epasca0Emenikah/story01.htm